Sabtu, 12 April 2014

Wayang & Entrepreneurship



Wayang adalah budaya yang baik, nddak cuma mengajarkan tentang baik dan buruk, namun juga mengajarkan tentang konsekuensi karma, tentang nilai - nilai kehidupan yang seumpama bayang - bayang. Dalam cerita wayang kita mengenal dewa anu, dewi anu, raja anu panglima anu, pendekar anu, dan kita juga mengenal semar petruk gareng bagong yang mendampingi Arjuna. Namun ada satu watak yang tidak ada dalam wayang : Pedagang, pengusaha, Entrepreneur !



Sekitar tahun  2003, saya sempat mendirikan "Q-SEA" Quantum - Sumatera Entrepreneur , beranggotakan sekitar 60 pengusaha kecil menengah meskipun itu Organisasi harus tutup di bulan pembukaan karena karena satu dan lain hal, namun inti dari yang mau saya sampaikan adalah bahwa benar ber wiraswasta itu bukanlah pekerjaan mudah.

Bahkan setelah sekian lama ber wiraswasta, sampai detik ini, di usia kepala 4,  saya nyaris tidak punya apapun materi yang bisa saya banggakan. Gagal ? tentu saja tidak. karena paling tidak apan saya bisa "balas dendam" karena saat ini bisa mempekerjakan beberapa karyawan lulusan perguruan tinggi terbaik di negeri ini. Artinya tetap saya berhasil "menciptakan lapangan kerja" bagi para sarjana yang memang kebanyakan  "dicetak" untuk mencari pekerjaan. Meskipun saya nddak punya apa - apa, tapi apan saya bisa melakukan apapun yang saya mau kapanpun juga. Tidur siang misalnya, atau nonton Film di Bioskop di jam kerja, atau ...rebahan di sofa sambil dengerin musik seharian sambil pakai kaos dan celana pendek disaat para "eksekutif" lagi berjibaku di kantornya masing - masing dengan tekanan ini itu, ngejar dateline ini itu. Alhamdulillah.

Saya nddak percaya dengan yang namanya "Personal Branding" atawa dalam istilah lain bernama "Politik Pencitraan". Sok iya pakai jas dasi naik CRV rumah bagus ada kolam renangnya , asset 10 Milyar ... hutang 30 Milyar ! Nddak. Saya lebih nyaman tiap saat pakai sendal jepit, kaos oblong dan celana pendek. bebas. Merdeka.

Hidup ini apan mencontoh, meniru. Kisah pewayangan banyak dicontoh oleh para politikus, Namun itu tadi, dalam kisah pewayangan apan tidak ada seorangpun yang memerankan tokoh entrepreuner. Pengusaha. ( Nggak pernah ada cerita si petruk jualan sate keliling kampung, nddak pernah ada cerita Arjuna bikin pabrik, nddak ada cerita dewi anu bikin usaha bolu kukus atawa keripik pedes ala ma Icih ;- ) )

Repotnya ... Pemerintah kita, rakyat kita, masih kentel sebagai bayang - bayang dari cerita wayang. Perang Mahabarata antar partai, Kisah licik Dorna, Sengkuni, kisah perang Pandawa dan Kurawa ... -- padahal --- Majapahit nddak pernah mungkin jadi negara besar jika rakyatnya gemar subsidi. Padahal ... Itu Samudra Pasai ... padjajaran ... nddak mungkin besar kalau nddak ada mental dagang. Untuk lokal jawa barat, jiwa - jiwa wiraswasta itu masih melekat erat di jiwa - jiwa orang Tasik dan Garut ( tukang Kredit identik dengan tasik, sebelum City bank masuk apan orang Tasik sudah menerapkan konsep "ambil sekarang bayar belakangan" , di mana - mana tukang pangkas rambut apanan ti Garut. Dalam Scope Nasional, orang Padang memiliki mental sebagai pedagang, pandai berdagang, biasanya jualan rendang, atawa buka bisnis photo copy ... yang jelas terbukti bahwa ketika Indonesia dihantam dengan krisis global apan tukang kredit di Tasik mah masih tetap asyik, tukang pangkas rambut tetep jalan, rumah makan Padang tetep hidup, sektor mikro yang jadi penyelamat perekonomian bangsa sedangkan perusahaan besar yang bermodalkan kolusi dan di backing para penguasa apan tersungkur.

Cerita wayang dari dulu sampai sekarang ya ceritanya itu itu ajah, dan -- repotnya --- sang jagoan akhirnya perlaya, nddak hepi ending. Nddak ada beda dengan cerita - cerita tradisional kita juga kebanyakan melankolis dan berakhir dengan duka lara. Beda dengan cerita - cerita Cinderella, Kapten Amerika, Batman, Superman yang selalu hepi ending apanan ... kisah wayang paling banter bergeser jadi film boneka si Unyil dan di sini mulai ada kemajuan karena ada mpok Bariah yang mewakili karakter pedagang memerankan sebagai tukang jamu ( dalam kisah mahabarata mana ada watak tukang jamu apanan ya ? )"

ke wira usaha an hanya akan muncul jika ada kesejajaran. Kalau masih ada kultur "Abdi - Baginda" ya nddak akan muncul kultur kewirausahaan karena nddak akan muncul jiwa inovasi dan inisiatif, semuanya menunggu "Petunjuk dari Bapak President ... ;-) )

Negeri ini sangat membutuhkan pemimpin - pemimpin yang bermental entreperneur. dan "Entrepreneurship" jelas tidak ada dalam pewayangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar