Kamis, 10 Maret 2011

Selamat tinggal Malioboro

Tadi pagi sekitar jam 8 saya melihat dan mendengarkan Bapak ini bermain angklung. Duduk di di atas trotoar.Di di depan sebuah hotel besar di kawayan Malioboro-Yogyakarta. Mengalunkan lagu - lagu perjuangan. Pagi tadi saya duduk di bawah pohon rindang di sekitar Bapak itu sambil menikmati pecel dan goreng tempe. Susana khas Malioboro pun terasa sudah.

Malam ini. Sekitar jam 8 langkah saya spontan terhenti saat melihat dan mendengar Bapak itu masih bersimpuh di atas trotoar memaiknan angklungnya. Dua belas jam ! Dua belas jam Bapak itu duduk bersimpuh di sana. Malam ini terlihat wajahnya keruh. Lelah. Namun Ia terus memainkan angklungnya ... demi uang receh yang ia harapkan masuk ke kaleng bekas susu yang diletakkan di hadapannya. Malam ini yang terdengar adalah alunan lagu "balonku ada lima" dan "Oh ina nikeke" ...



Jujur. Pagi tadi saya bisa menikmati alunan anglung itu.Namun jujur malam ini saya tidak bisa menikmatinya. Wajah lelah itu ... bersimpuh di atas trotoar belasan jam ...

***

Sore tadi saya duduk berlama - lama di benteng "Vredeberg", Masih di kawasan Malioboro yogyakarta. Seorang penjual kalung dengan gigih berusaha menjual dagangannya. Sampai akhirnya kami berbincang sekian waktu bagaikan teman lama. Ia bertanya : "Dalam rangka apa Bapak tinggal di Yogyakarta ?" Saya jawab : "Main ajah". Penjual kalung itu berkata spontan :"Hebat ! Ini bukan musim liburan, tapi Bapak bisa berlibur dengan santai ... Hebat !" Saya jawap dengan wajah polos tanpa dosa (Sambil garuk - garuk kepala) : "Saya main dan santai karena saya nddak punya kerjaan. Bukan karena saya banyak uang". Penjual kalung itu nyengir. (Saya juga tersenyum kecil. He he he ).

***

Habis Maghrib, di depan Malioboro mall, 5 orang remaja dengan lincahnya memainkan beragam alat musik kendang dan tambur. Cukup menarik perhatian banyak orang. Cukup setengah jam ... uang seribu sampai sepuluh ribuan mengalir ke kardus mie instant yang diletakkan di depan mereka. Jumlahnya pasti jauh lebih besar dibanding Bapak tua yang memainkan angklung belasan jam ...

***

Tepat pukul 21.00.
Saya harus segera mengakhiri tulisan ini. 45 menit lagi kereta malam akan membawa saya kembali ke kota kembang setelah 2 hari 3 malam tinggal di sini.

***

Pemain angklung, remaja - remaja yang bermain kendang dan tambur, penjual kalung ... sekian banyak orang yang mencari uang dan "membuang uang" bertemu di sini. Di Malioboro. UANG memang bisa membuat dunia berputar.

Sebelas tahun lalu di sini dimulai cita cinta dan asa yang kini lantak sudah ...

Malioboro ... aku datang bukan untuk mengenang masa silam, namun untuk menghapus masa lalu yang berakhir kelabu. Ku tak mau duduk bersimpuh di trotoar kehidupan sepanjang waktu hanya untuk mengalunkan lagu - lagu sedih dan sumbang. Aku ingin memulai hidup baru dengan cita asa dan Cinta yang baru ...

Uang memang bisa membuat dunia ini berputar, Namun Cinta yang tulus adalah satu - satunya yang bisa membuat hidup ini berarti.

Selamat tinggal Malioboro. Kuhapus sudah masa lalu. Kuganti dengan asa cita dan cinta yang baru.

1 komentar: